Alquran dan Sastra Narasi
Angelika Neuwirth dalam risetnya
menunjukkan bahwa dalam al-Qur’an terdapat unsur linguistik, struktur surat dan
sastra. Neuwirth wajar mengatakan demikian, karena ia merupakan Profesor dalam
bidang sastra Arab. Menurut Neuwirth, susunan al-Qur’an tidak terstruktur
dengan rapi jika dilihat dari segi sastra kisah, dengan argumentasi bahwa
al-Qur’an tidak menyajikan narasi yang kontinyu, hanya saja keterkaitan antar
ayat atau surat dalam al-Qur’an saling melengkapi. Disitulah perbedaan
al-Qur’an dengan Alkitab Ibrani yang menyajikan narasi secara berkelanjutan dan
kronologis sebuah kisah yang bertujuan untuk menyanggah validitas al-Qur’an
sebagai kitab otentik. Al-Qur’an sendiri bersifat conversation (antara
Nabi dan Tuhan).
Hanya beberapa saja teks al-Qur’an
yang unsur narasinya tidak kontinyu, oleh
karenanya al-Qur’an selalu memuat pembuka surat seperti ‘basmallah’ atau
perkara tanya-jawab dalam satu komposisi satu ayat, dan jawabannya ada pada
ayat lain. Unsur linguistik (kebahasaan) dalam al-Qur’an sangat terlihat dalam
narasi penyampaian teks al-Qur’an yang unik, hal itulah yang tidak terdapat
dalam Taurat dan Injil. Hanya saja, karena pertentangan antara otentisitas
al-Qur’an yang dianggap sejajar dengan Injil pada masa pra-kanonik, maka
al-Qur’an perlu menunjukkan ke-sastraan-nya terhadap mereka yang meragukan. Proses
komunikasi antara Tuhan dan Nabi yang tersirat dalam sebuah konteks pewahyuan
justru menunjukan tanda ajaib dan sebuah pesan ‘nubuat’ Nabi Muhamad saw.
Berawal dari periode post-redactional
awal dan diperkenalkan untuk memudahkan menghafal dan membaca. Urutan komposisi
ayat, surat dan unsur lainnya tidak menunjukkan analogi yang kontinyu, ini
menunjukkan bahwa redaksinya dilakukan tanpa perencanaan yang ekstensif,
artinya bahwa al-Qur’an murni diturunkan sebagai kitab pedoman umat manusia,
bukan untuk sekedar bermain dalam bidang sastra maupun praktek-praktek kahin,
syi’ir dan sebagainya dalam budaya Arab pra-Islam.
Unsur linguistik, sastra, dan strukturalisasi
dalam al-Qur’an menunjukkan bahwa al-Qur’an merupakan kitab revolusioner, meaning
yang terkadung dalam al-Qur’an sama sekali tidak diragukan, sekalipun susunan
narasi terkadang tidak berrtemu dalam satu titik muara yang menjawab persoalan.
Bagi Neuwirth, bahasa merupakan media awal dan sumber pengetahuan, argumentasinya adalah karena dalam tradisi ke-Islam-an ada penekanan tentang proses pengetahuan dan keilmuan, hal itulah yang tidak terdapat dalam Taurat dan Injil. Sekian dan Terimakasih. (Ade Chariri)
Komentar
Posting Komentar