Rekonsiliasi Tingkat Tinggi
Sumber: google/kompasiana.com
Pesan tentang menjaga perdamaian sendiri, sudah ada dalam al-Qur’an Q.S. al-A’raf ayat 56; "dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik, berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap, sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan".
Ada salah satu contoh kasus semacam proses perdamaian yang sepertinya absurd diwujudkan
di Indonesia ini, namun ternyata ada dan terlaksana. Tengok kembali kasus bom
Bali yang terjadi 15 tahun silam (Oktober 2002) dan bom Hotel JW Marriot
Jakarta (Agustus 2003) yang dilakukan oleh para teroris. Tema terorisme dan bom
ini sengaja diangkat kembali sebagai hasil dari kegiatan seminar
perdamaian yang diadakan di Hotel Novotel Solo pada tanggal 4-5 Maret 2017,
juga sebagai refleksi dari bom panci yang terjadi di Bandung
(Februari 2017). Saya sendiri menjadi delegasi atas nama Organisasi Kepemudaan
dalam forum tersebut.
Dalam sebuah pertemuan seminar, salah satu season-nya dengan diisi
oleh narasumber dari mantan pelaku bom Bali (Ali Fauzi Mandzi) dan korban bom
Hotel JW Marriot (semoga selalu dirahmati Allah). Hal yang mungkin susah
diterima manusia pada umumnya adalah berdamainya korban dan pelaku yang
notabene seorang teroris kelas kakap, yang sudah menghancurkan
segala apa yang dimiliki dan diharapkan oleh korban. Rekonsiliasi tingkat
tinggi disini memang bukan seperti apa yang dilakukan oleh Rasulullah ketika
berhasil mewujudkan Piagam Madinah setelah terjadinya perang antara kaum Bani
‘Aus dan Bani Khazraj. Jadi, anggap saja yang ditulis ini adalah rekonsiliasi
tingkat tinggi jilid dua.
Pada moment tersebut, Ali Fauzi mengatakan bahwa setelah dia bebas dari
penjara dan melihat poto saat pembaiatan dirinya masuk dalam jaringan
terorisme, dia sempat syock dan tidak percaya. Ali Fauzi secara terang-terangan
mengungkapkan bahwa dia telah sadar dan sudah meninggalkan jaringan terorisme
tersebut. Dalam perjalanannya menjalani kehidupan yang baik, rumahnya sempat
mendapatkan ancaman teror dengan bom, untungnya berhasil dijinakkan. Dia
mengatakan; "saya sempat mendapat ancaman setelah keluar dari jaringan
tersebut, hal itu terjadi ketika malam hari, kebetulan saya punya banyak burung
di rumah, suatu malam kok tiba-tiba banyak burung yang keluar dari kandangnya,
setelah saya cek dan amati, ada bungkusan yang mencurigakan, setelah saya
teliti kok ada kabelnya, oh ternyata bom, namun Alhamdulillah saya berhasil
menjinakkannya".
Masuk pada season dimana korban bom JW Marriot, bernama Vivi
menjadi narasumber, dia mengungkapkan bahwa saat pertama kali bertemu Ali Fauzi
(sebagai potret teroris pada saat itu), muncul rasa sangat marah dan tidak akan
menerima perbuatan teroris tersebut pada saat itu. "Saya sempat marah
dan tidak mau tegur sapa dengan Pak Ali saat bertemu", ungkap Vivi.
Keduanya berhasil bertemu di fasilitasi oleh lembaga perdamaian yang memiliki
misi merekonsiliasi korban dan pelaku teror sebagai upaya
mewujudkan perdamaian dan keadilan. Vivi menambahkan "bahkan saya
sempat berkata jelek pada Pak Ali saat itu, mengumpat dan lain-lain, namun
setelah saya bertemu dan berkumpul dengan Pak Ali dan juga teman-teman korban
lain, saya mulai memahami dan semangat menjalani kehidupan saya yang sempat
hancur karena bom JW Marriot yang menewaskan calon (suami) saya".
Pahamilah,
Pak Ali dan Mbak Vivi adalah salah satu contoh dua pihak yang mungkin secara
nalar sulit untuk disatukan (berdamai), layaknya air dan api, karena apa yang
diderita Mbak Vivi dan apa yang dilakukan Pak Ali pada saat itu adalah sebuah
hal yang over contrast. Namun ternyata, ‘konspirasi positif’
tingkat tinggi yang dilakukan oleh lembaga perdamaian, berhasil meng-ishlah-kan
kedua pihak tersebut, semakin meyakinkan kita sebagai manusia bahwa sebenarnya
‘memiliki’ sifat Ilahiah Rahman-Rahim. Rekonsiliasi tingkat
tinggi tersebut bahkan sanggup menyatukan Pak Ali dan Mbak Vivi kedalam satu
misi perdamaian, dan berkolaborasi dalam kampanye perdamaian sejak 2013 hingga
sekarang. Semoga tak ada lagi teror kasus serupa dan korban di negeri
ini.
Komentar
Posting Komentar